15/04/08

Catatan dari Una-una

Pulau Una-una, sebuah desa. Dahulu ini merupakan ibukota kecamatan Una-una. Reruntuhan gedung instansi pemerintahan, rumah-rumah tembok milik penduduk, masih tersisa. Beberapa keluarga masih memanfaatkan bekas rumah atau kantor yang masih layak untuk ditinggali. Banyak pula rumah kayu yang baru berdiri, keraguan menyertainya. Status bahaya, pulau tertutup, menjadi informasi yang simpang-siur menyebabkan banyak masyarakat belum berani membangun rumah yang permanen.

Ke Una-una, saya datang, pulau kelapa. Bodi (perahu motor) mendekati bibir pantai. Pohon kelapa, pohon kelapa, pohon kelapa dan eehh…. kepala orang di depanku! dia berdiri tiba-tiba, berpindah tempat, mengambil tas, tampak tak sabar untuk segera turun. Bodi meluncur perlahan di antara dua tiang penanda gugusan batu karang, (anger) peninggalan Belanda. Hati-hati menabrak batu karang, apalagi tak tahu situasi sebaran karang di dekat pulau Una-una.

Di belakang pepohonan kelapa, tampak dua gunung, gunung Bendera dan gunung Sakora. Gunung Colo di belakang mereka. Tahun 1983, Colo meletus, menyebabkan ribuan orang mengungsi. Bencana alam. Pengungsi pulau Una-una banyak tersebar di berbagai tempat. Tidak hanya penduduk yang mengungsi, administrasi desa dan kecamatan ikut pindah. Pada saat pengungsian, penduduk satu desa dipindahkan dan dikumpulkan dalam satu wilayah desa. Di pulau Batudaka berdiri desa Tanjung Pude, Una-una dan Lembanya. Di pulau Togean berdiri desa Beko, Langger dan Danda. Sebagian desa tersebut masih memakai nama-nama desa yang berasal dari Una-una. Masing-masing pemerintahan desa, mengikuti asalnya.

Jembatan Oleng
Jembatan inilah yang menyambungkan, laut-daratan. Menginjakkan kaki di atas dermaga kayu, terasa bergoyang. Mabuk laut atau jembatan darurat, entah. Jembatan ini dibangun oleh warga, Bahril Bedu mengomandoinya. Bahril Bedu biasa dipanggil Oleng, dia adalah kepala dusun Una-una. Jembatan ini, mengembalikan gairah pulau setelah 25 tahun ditinggalkan. Dari jembatan kayu ini, mengalir hasil bumi ke pulau-pulau lain di gugusan kepulauan Togean,hingga ke daratan besar Sulawesi.

Pulau una-una semakin kecil dan landskapnya ikut berubah, abrasi pantai menelan rumah-rumah, jembatan dan gudang milik kopra fonds yang megah. Di atas pasir berjejer perahu-perahu nelayan ukuran tiga depa yang hanya bisa ditumpangi satu orang, sementara satu perahu besar ukuran enam depa di tambatkan dipinggir pantai dan sesekali bergerak di goyang ombak.

Tahun 2003, Kabupaten Tojo Una-una telah menjadi kabupaten sendiri. Melepaskan diri dari kabupaten Poso. Masyarakat begitu bergairah untuk meningkatkan kualitas kehidupannya. Di Pulau Una-una, masyarakat kembali mengolah lahannya dengan tanaman jangka pendek dan jangka panjang. Coklat dan kelapa adalah primadona. Lama pertumbuhan kedua tanaman ini hingga berbuah antara 3 sampai 7 tahun. Di antara coklat dan kelapa ditanami jagung, ubi, sayur-sayuran ataupun kacang-kacangan.

Di samping berkebun, sebagian besar masyarakat di pulau Una-una hampir setiap malam turun melaut, urung bila musim ombak datang. Area pemancingan berada tak jauh dari daratan, 20 menit mendayung, sampai. Lokasi pemancingan banyak tersebar di antara gugusan karang. Kantor para nelayan. Berbagai jenis ikan karang bisa dirasakan. Lebih seru memancing sendiri. Tak perlu menunggu lama, kail akan dipatuk (teto) tak jarang langsung di bawa lari. Biasanya, ikan kerapu yang punya tabiat seperti ini, kalau lihat umpan langsung lepp...!, ditelan dan dibawa lari. Suasana seperti ini biasanya akan bikin orang lupa pulang. Adzan Subuh terdengar, saya harus pulang.

2 Komentar:

Pada 17 Desember 2008 pukul 23.49 , Blogger nbctcp mengatakan...

salam kenal,

masa kecil saya di pulau una2. rumah nenek saya dikololio. mama saya lasahido. waktu gn colo meletus sy sedang berlibur disana, jadi saya merasakan gimana rasanya tanah goyang. kalau dia datang, dari jauh sudah kedengaran suaranya.
rumah paman saya "alm om utu" saya rasa sudah hancur terkena abrasi air laut.
tapi yg herannya dibandingkan dijawa, sumur yg letaknya 15m dari laut tidak asin airnya.

saya ingin macing diuna2 lagi, mungkin th depan.

nawirbATyahooDOTcom

 
Pada 20 Juli 2011 pukul 21.32 , Anonymous Anonim mengatakan...

Pengen banget ke Pulau Una-Una. Apalagi nama saya Una, hehehe.
Bagus banget liat foto-foto di google. Tapi kapan yah bisa ke situ~ hehehe...

 

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda