Yang Lalu

Begitu tegak ia menengadah, menghujamkan tatapan pada langit dengan penuh kebencian. Hidup yang begitu nestapa. Ia tuliskan di atas pasir, tentang cinta, tentang mimpi, tentang kebahagiaan yang begitu diimpikan. Ombak menghapusnya, tapi tidak mampu menghapus cinta yang ia simpan. Yang senantiasa ia berikan. Tidak hanya padaku.
“Aku mencintai laut,” bisiknya suatu kali. Kami bersama malam, menghabiskan nikmat rembulan yang begitu hangat. Saat itu, bersantai di pinggir pantai. Kami lambaikan tangan, pada nelayan yang menghitung bintang. Ia tenggelam dalam kegelapan. Itu telah lampau. Laut memisahkan kami.
Lautan itu bernama kenyataan, hidup yang dijalani tiap-tiap manusia, mencari hakikatnya. Belajar tidak ada habisnya. Hidup, tak harus senantiasa mengikuti arus. Seperti yang telah dikemukakan jauh berabad-abad. Seorang lelaki yang hidup dan matinya di hamparan gurun gersang. Ajarilah anakmu berenang. Berenang, atau tenggelam.
1 Komentar:
born to ressist
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda